Minggu, 04 April 2021

Potret sistem pendidikan di Indonesia

 

Gw : " Ibu, buat apa sich kita mempelajari bab ini ?"
Guru : " ohh untuk ngasah otak aja"
Gw : *Cuma bisa tersenyum miris*

Bagi yang pernah atau sedang mengunyah pendidikan, pernah ngak mengalami hal tersebut ? Atau yaa.... setidaknya berfikir " buat apa sih belajar ini dan itu? Gunanya aja gw gak tau. Emang dimasa depan nanti akan gw pakek gitu?" Atau yang sedikit lebih ekstrim seperti " gw mau masuk sistem informasi. Kenapa tesnya pakek ada pelajAran kimia segala ?"

LUCU BANGET NGAK SIH.............?

Menurut gw ni ya, secara sistemik, penyelenggaraan pendidikan di Indonesia sebenarnya sudah cukup baik, terlepas dari PR lama pemerintah tentang kualitas pendidikan di daerah-daerah pelosok negeri ini. Tapi secara moral terdapat kekurangan yang sangat besar dalam penyelenggaraannya. Kali ini gw hanya bisa menyoroti tingkat pendidikan yang pernah gw lalui yaitu, tingkat SD, SMP, SMK dan untuk tingkat universitas gw belum bisa mengomentari karena belum merasakan sistemnya secara utuh.

Terdapat dua poin penting yang menjadi kekurangan sestem pendidikan Indonesia saat ini. Pertama masih rendahnya rasa cinta terhadap Ilmu Pengetahuan yang para pelajar Indonesia miliki. Kedua rasa ingin tau yang memicu mereka untuk mengeksplorasi Ilmu Pengetahuan lebih dalam juga masih rendah. Kenapa bisa begitu ? Penyebabnya adalah verbalisme yang terdapat pada sistem pendidikan kita saat ini.

Pendidikan yang terselenggara di Indonesia lebih mengedepankan hapalan dan bukannya pemahaman, menyukai formulasi bukannya substansi. Lebih mengagungkan prestasi belajar bukan tradisi ilmiah. Hal inilah yang oleh para pakar pendidikan disebut verbalisme dalam pendidikan. Yaitu " Statement of meaning, the student seen like learn but he does not learn" Pernyataan kosong dari makna, kelihatannya siswa belajar mata pelajaran tetapi sebenarnya mereka tidak belajar (witherington & burton, 1986:97).

Hal tersebut menyebabkan para pelajar di Indonesia ini lebih mementingkan nilai dibandingkan ilmu pengetahuan itu sendiri. Jadi, tidak aneh bila saat ini banyak pelajar Indonesia hafal suatu rumus tapi tidak pernah tau apa aplikasinya, mereka juga hafal nama para sastrawan dan karyanya tetapi tidak pernah membaca karya sastra apalagi apa lagi mengapresiasinya. Mereka tahu bagaimana mengkonversi suatu derajat Farenhait Ke derajat Celcius tetapi tidak pernah tau bagaimana cara menggunakan Thermometer. Mereka tau istilah fotosintesis tapi tisak npernah mengamatinya, mereka hafal tanggal-tanggal bersejarah, mereka tahu tentang reboisasi tapi tak pernah sekalipun belajar menanam pohon dan merawatnya. Kalau SDM-nya begitu, bagaimana Indonesia mau maju ?.

Yang bangsa ini butuhkan bukanlah pelajaran- pelajaran pintar. Yaitu pelajar-pelajar yang secar akademis memiliki nialai yang baik. Yang kita butuhkan adalah pelajar-pelajar yang merupakan bibit dari para pembelajar dan para ilmuan Pembelajar......

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Perbaikan Akidah Menurut Ibnu Rusyd: Pemikiran yang Relevan Hingga Kini

 Akidah atau keyakinan adalah hal mendasar yang membentuk identitas spiritual dan pandangan hidup seseorang. Dalam sejarah pemikiran Islam, ...