Mempertahankan Modernisasi Dan Melepas Moralitas Sekuler Saat Pandemi COVID-19
Modernisasi menjadi
suatu kata yang sering dituju oleh manusia
di era revolusi 4.0 saat ini. Manusia yang hidup dengan fasilitas
kecanggihan teknonlogi sering mencari
legalitas modern dengan tingkah laku yang berlebihan, sehingga mereka tidak
secara sadar bahwa dengan tingkah laku yang mereka perbuat melenceng dari yang dimaksud dengan
modernisasi. Jika melihat dari istilah yang dibuat, kata Modern secara bahasa
berasal dari kata latin ‘moderna’ yang artinya sekarang , baru, atau masa kini. Jadi, ketika milhat asal kata dari
modern dapat dikatakan bahwa sebenarnya manusia senantiasa hidup modern
senyampang kekinian masih menjadi kesadarannya.
Ironisnya yang dianggap modern adalah mereka yang
mecontoh dunia barat, baik dari segi penampilan hingga etika tanpa memfilter
mana yang baik dan mana yang buruk. Sehingga banyak sekali kasus-kasus atau
persoalan social yang disadari atau tidak, manusia di zaman ini seakan-akan
bangga dengan kasus-kasus atau persoalan social
yang mereka buat karena ingin melegalkan dirinya sebagai manusia modern.
Aksin Wijaya yang
sering saya panggil Mas Aksin (Pendiri UKPK IAIN Jember) menulis pemikiran Prof
Faisal Islamil tentang kritik yang beliau tuju kepada barat dan
mendefinisikan ulang istilah modernisasi
sesuai dengan ilmu pengetahuan yang beliau peroleh di tingkat local dan
internasional salah satunya adalah Departement Of Middle East languages and
Cultures, Columbia University, New York dan Institute Of Islamic Studies,
McGill University, Montreal, Kanada.
Dalam buku Visi
Pluralis-Humanis Islam Faisal Ismail dijelaskan bahwa istilah modernisasi secara simantik dan wacana lebih berorientasi
ke masa depan yang lebih baik, sehingga semua orang yang mempunyai harapan ke
arah yang lebih baik memilih modernisasi segala bidang kehidupan: social,
budaya, sains dan teknologi. Sedangkan westernisasi sendiri mempunyai
pengertian pem-Baratan yaitu mencontoh, mengambil alih mengadaptasi filsafat
hidup, pandangan hidup, cara hidup dan nilai-nilai Barat. Sehingga dalam proses
westernisasi ini terkandung proses sekularisasi yang memisah cara hidup hal-hal
yang duniawi dari hal-hal yang agamawi.
Proses sekuralisasi
inilah yang sedang kita jalani dan kita terapkan di dalam kehidupan sebagai
wasilah atau jalan untuk memperoleh legalitas formal agar diakui sebagai
manusia modern, Padahal itu sangat berbeda dan jauh jika dibndingkan dengan
istilah modernisasi yang disebut dalam buku ini. Hal ini terjadi mungkin karena manusia di era ini lebih dahulu
menerima kecanggihan teknologi tanpa memahami akan orientasi hadirnya teknologi
tersebut agar difungikan secara maksimal sesuai dengan kadar kemanfaatnnya.
Merebaknya
COVID-19 atau yang sering kita dengar dengan nama Virus Corona adalah sebuah
refleksi bagi kita agar tidak selelu terbaratkan baik dari segi pergaulan,
etika, tradisi dan beberapa hal yang
berkaitan dengan kehidupan social. Memang dengan adanya wabah ini semuanya
menutup diri secara fisik dengan harapan bisa terhindar dari ancaman
COVID-19. Tapi disisi lain, ini adalah
momentum yang tepat untuk bisa instropeksi / bermuhasabah akan tindakan yang telah
kita lakukan akhir-akhir ini telah melebihi orang-orang barat serta melunturkan etika kita sebagai warga yang
hidup di Negara yang penuh dengan etika dan menjunjung tinggi moralitas
manusia.
Harus
bisa disadari bahwa hadirnya modernisasi bukan untuk mengeneralisir segala
kehidupan kita sehingga tidak bisa membedakan antara yang baik dan yang buruk,
antara yang benar dan yang hoax, antara
pejuang dan pecundang serta
antara budak dan penguasa. Semua itu jika dibingkai dengan konteks pemikiran
orang modern akan lebih baik dan bisa menjadikan diri kita progresif, karena
manusia modern adalah orang yang mempunyai sikap independen, kritis dan
progeresif serta selalu dibingkai dengan nilai-nilai yang humanis sehigga
moralitas sekuler tidak lagi ada dalam diri manusia modern.
Sip mas, untuk orang awam proses sekularisasi mungkin bila dikaitkan dengan kalimat sebelumnya, butuh pemahaman Lumayan untuk itu, selamat berkarya
BalasHapussiap..
Hapus