Jalan Menikung Memimpin UKPK di Era
Pandemi
Oleh : Jufriyanto
Saudara, dalam menghadapi COVID-19
tentunya memerlukan kejernihan berpikir dan ketenangan bersikap. Tentunya
menghadapi sebuah episode ketidakpastian memang tak semudah yang sedang di
angan-angankan sebelum pandemi. Tetapi, semua ini akan menjadi mudah apabila
seorang pemimpin memberikan inovasi yang bisa menyesuaikan diri di era pamdemi. Kepemimpinan benar-benar
diuji saat ada krisis. Di masa pandemi COVID-19
akan terlihat pemimpin mana yang betul-betul bisa bekerja, atau yang
hanya bisa bicara. Dalam kondisi ini, tentu saja ada bahaya yang mengintai.
Tapi, yang tak kalah penting, selalu ada peluang-peluang baru yang bisa
dimanfaatkan.
Tidak bisa dipungkiri, tahun 2020
adalah tahun krisis. Sejak berdirinya UKPK, UKM ini sudah mengemban amanah
morlaitas keilmuan di kampus untuk selalu menyadarkan mahasiswa agar selalu
berpikir kritis dan selalu berupaya menjadi mahasiswa yang bisa mengemban amanah
Tri Fungsi-nya dengan baik. Peran seorang pemimpin dalam mewujudkan visi dan
misi organisasi secara dejure dan defacto akan selelu mengalami tantangan yang
berbeda-beda. Dalam situasi dan kompleksitas masalah di dunia keilmuan dan
organisasi di kampus, kepemimpinan periode 2019-2020 tiba-tiba diperparah dengan wabah penyakit
corona virus. Efek krisisnya segera kita rasakan saat beberapa agenda dan
pengkaderan warga yang tidak maksimal dilaksanakan secaratatap muka. Semua nya
harus banting setir ditranformasikan secara online.
Dampak di sektor lain segera
menyusul. Berbagai perusahaan besar dan instansi yang beroperasi secara global
untuk bekerjasama dengan UKPK menghentikan program kerjasamanya jika tidak
berbasis COVID-19 dan banyak kegiatan keilmuan yang akan terganggu. Bagi UKPK,
krisis sebenarnya sudah berjalan sebelumnya. Turunnya sikap kritis mahasiswa
IAIN Jember dan kurangnya minat terhadap dunia membaca, menulis dan meneliti
menjadi persoalan yang sangat penting bagi UKPK untuk segera menyadarkan
mahasiswa yang hidonis dan pragmatis tersebut. Akibatnya, pertumbuhan budaya
keilmuan dikampus stagnan, sehingga prograsifitas kampus yang maju secara
kuantitas SDM dan Pembangunan gedung tidak bisa diimbangi oleh kualitas SDMnya.
Jalan Menikung 1 : Menajadi Pemimpin
Multidemensi di Era Pandemi
Kalau situasi krisis sekarang ini
disikapi lagi dengan cara yang sama, maka periode 2019-2020 mungkin kita harus
tetap "bersyukur" dengan keadaan stagnansi kultul keilmuan yang sama
atau lebih rendah. Kalau cuma bisa mengajak bersyukur, bukan pemimpin namanya.
Ini situasi krisis, Ada kesempatan yang bisa kita manfaatkan di sini.
Masalahnya, akankah kita memanfaatkannya? Akankah seorang pemimpin mengambil
langkah-langkah untuk memanfaatkan situasi krisis ini?. Tentunya bagi kami di
UKPK mengambil peluang itu dengan baik, sehingga banyak hal yang kami lakukan
saat pandemi. Kerjasama dengan berbagai instansi kami mulai kembali dengan
mengadakan forum diskusi dan penelitian yang progresif. Bahkan hipotesis kami,
konsistensi forum diskusi yang dilaksanakan secara virtual oleh UKPK melebihi
kekonsistenan kampus dalam mengadakan forum diskusi.
‘ala kulli hal.... atas beberapa
inovasi yang kami lakukan di UKPK selama pandemi, pertannyaan selanjutnya.
Bagaimana dengan para pejabat yang lain di kampus..? apakah sudah melakukan
inovasi sistem yang berbasis krisis di masa COVID-19 ? adakah kesamaan antara
pemimpin-pemimpin tersebut sehingga kita dapat mengenali dimensi-dimensi yang
paling dibutuhkan dalam menghadapi situasi pandemi ?. Jangankan para petinggi
di kampus, bahkan pada level Kepemimpinan negara selama setahun belakangan
memperlihatkan adanya perubahan corak kepemimpinan yang paling dibutuhkan oleh
setiap organisasi, yaitu menguatnya pemimpin-pemimpin yang memiliki kapabilitas
multidimensi. Di level negara, kita bisa melihat kemunculan pemimpin dengan
kapasitas yang multidimensi seperti pemimpin Jerman, Selandia Baru, China,
sampai dengan pemimpin di negara-negara Skandinavia. Demikian juga kepemimpinan
pada level organisasi yang secara umum
terlihat menonjol dalam mengelola dan menghadapi masalah yang muncul akibat
pandemi. Ada beberpaha tips yang ingin kami sampaikan kepada pembaca dalam
menghadapi, terutama kepa pejabat di tingkat ORMAWA untuk menajdi pemimpin
multidimensi.
Pertama, yang paling
utama adalah kemampuan merencanakan dan melakukan manuver perubahan yang dapat
diikuti oleh seluruh individu di dalam organisasi. Mereka adalah pemimpin yang
dapat menjelaskan apa rencana yang akan mereka buat, dan apa saja yang harus
disiapkan menghadapi setiap perubahan-perubahan yang terjadi sewaktu-waktu.
Kemampuan merencanakan memerlukan pengetahuan dan pengalaman yang lengkap
tentang bagaimana organisasi dalam sistem bekerja, sehingga ia dapat memastikan
bahwa setiap perencanaan dapat diterjemahkan sampai dengan level paling rinci.
Kedua, adalah
pemimpin yang mampu berkomunikasi lebih sering dengan hasil yang efektif.
Setiap masalah kecil, dalam abnormalitas, dapat menimbulkan efek kejut yang
tidak disangka-sangka. Dia bisa membelokkan situasi kepada arah yang paling
tidak diinginkan, tetapi juga sekaligus bisa mempercepat rencana yang sudah
disusun dapat dijalankan secara efektif. Kemampuan berkomunikasi menjadi vital,
dan sistem komunikasi yang dibangun harus mampu memberikan ruang kepada
pemimpin-pemimpin tersebut untuk menginformasikan lebih sering dan lebih dini
tentang apa yang sebenarnya sedang terjadi.
Ketiga adalah
pemimpin yang berbela rasa tinggi. Pemimpin dengan sifat atau karakteristik
berbela rasa tinggi sangat dibutuhkan dalam situasi krisis seperti pandemi yang
kita hadapi hari ini. Sebagaimana dinyatakan di atas, perubahan yang terjadi
secara drastis memerlukan sensitivitas yang tinggi untuk dapat dikelola dengan
baik.
Jalan Menikung 2:
Lika-Liku dan Luka-Luka Memimpin UKPK
Teringat dengan sebuah pepatah “Pemimpin
itu tidak lahir dari rahim biologis, melainkan ditempa secara ideologis” dengan
artian semua manusia berhak akan kepemimpinan yang mereka miliki untuk terus
mengasah dan membuat kisah yang bagus dalam memimpin versi mereka
masing-masing. Era Pandemi Covid-19 memiliki tantangan tersendiri dalam
menghadapi komplesitas keterpaksaan untuk melaksanakan kegitan berbasis Daring (Dalam
Jaringan) bukan Luring (Luar Jaringan).
Di masa pandemi COVID-19 kami
mengalami krisi yang menahun dan berkepanjangan hingga akhir kepengurusan.
Bahakan kami harus menambah beberapa bulan untuk proses regenerasi kepemimpinan
di UKPK. Tidak hanya itu, krisis anggaran yang hanya mengandalkan dana
operasional dari kampus harus dimaksimalkan untuk proses peberdayaan warga UKPK
yang didominasi dengan krisi moniter dn krisis teknologi. Ketidaksiapan kami
menghadapi pandemi mengalami gejala yang sangat fatal, selama beberapa pekan
kegiatan dan peroses kaderisasi di UKPK berhenti secara masif. Tidak ada yang
dapat kami lakukan, kami hanya bisa terdiam sambil meratapi nasib organisasi
yang tidak menentu arahnya. Tapi sebagai seorang pemimpin yang harus siap
menghadapi krisis apapun, kami melakukan koordinasi dengan pengurus dan
penasehat serta pembina bahkan pendiri untuk segera berbenah.
Merubah sikap dan pola pikir di era pandemi
menjadi modal awal untuk melanjutkan
kegiatan yang sempat tertunda. Pandemi Covid-19 adalah peluang sekaligus
tantangan. Dikatakan peluang karena strategi dan kebijakan dalam menghadapi sekaligus menangani persoalan
menjadi kesempatan membuktikan kompetensi serta kualitas kepemimpinan di
tingkat internal dan eksternal organisasi. Tidaklah mudah untuk mencari solusi
saat pandemi. Tetapi, tidak mudah bukan berarti tidak akan muncul solusi yang
efektif untuk melaksanakan kegiatan di era pandemi. Pada setiap organisasi,
baik bisnis maupun birokrasi, bahkan pemimpin pada level negara-bangsa, mereka
yang dapat menunjukkan kapasitas tersebut di ruang publik akan memperoleh
kesempatan yang lebih besar untuk menjadi pemimpin besar ketika pandemi sudah
berangsur-angsur normal seperti yang sekarang sudah mulai kita rasakan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar